Berbicara soal harga, rasanya banyak dari kita yang lebih percaya prinsip "harga tidak akan pernah menipu" atau kata lainnya harga yang dibandrol akan sebanding dengan kualitasnya.
Beberapa waktu lalu saat peluncurannya, iPhone 6 menjadi fenomena luar biasa dikalangan gadget freak. Ya, iPhone adalah smartphone kelas premium produkan apple.inc. Dengan spesifikasi hi-tech yang ditawarkannya, tidak sedikit orang ingin memilikinya. Sekalipun tidak banyak orang bisa memilikinya, smartphone yang dibandrol Rp 12.800.000 untuk 12GB ini masih saja punya pelanggan setianya. Bagi mereka pecinta gadget dan berkantong tebal, harga tersebut tidak masalah karena sebanding dengan kualitas dan fitur yang ditawarkan. Namun bagi yang berkantong tipis bahkan kosong, rasanya mustahil bisa memilikinya. Ujung-ujungnya mereka hanya bisa berharap memiliki tanpa bisa memiliki "cinta tak harus memiliki". Hehe.
Ok, disini saya tidak akan membahas lebih lanjut soal produk tadi. Harga yang ditawarkan tadi memang hak mereka dalam menentukannya. Tentu mereka pun tidak gegabah dalam menentukan harga jualnya. Produk apapun dalam menentukan harga jualnya pasti sudah memperhitungkan dengan matang mulai dari riset pasar hingga biaya produksi yang akan dikeluarkannya.
Berbicara soal mahal atau murahnya suatu produk, tidak terlepas dari pengaruh pikiran kita sendiri. Kita akan menyebut harga sebuah produk mahal karena kita sebelumnya menaruh ekspektasi harga lebih rendah dibanding harga bandrol. Misal, ketika iPhone 7 nanti launching kita menaruh ekspektasi atau menaksir harganya 15 juta, kemudian pas launching harganya justru diatas taksiran kita misal Rp 20 juta kita pasti akan menyebutnya mahal. Sebaliknya kita menyebut murah harga suatu produk karena harga bandrolnya dibawah harga taksiran kita. Contohnya, ada yang jual rumah dengan luas bangunan 700 m2. Kita taksir harganya sekitar Rp 700 jutaan. Namun ternyata begitu kita lihat bandrolnya Rp 500 juta, kita pasti akan menyebutnya murah. RIGHT?
Kembali ke topik, mahal-murahnya suatu harga kita sendiri yang tentukan. Sah saja dan hak kita menyebut suatu produk mahal atau murah. Namun jangan sampai kita merendahkan produk tadi bahkan menghina suatu produk karena harganya. Lebih baik kita mendoakan diri kita supaya produk yang mahal tadi bisa kita miliki bulan depan. Daripada kita harus dongkol dan ngedumel bahkan mengumpat dari harga yang mahal tadi.
And then, ada dua alasan kenapa orang menyebut harga suatu produk itu mahal, diantaranya:
1. Karena tidak cukup atau punya uang.
Ini jelas, kita menyebut harga sebuah produk mahal karena beralibi tidak punya cukup uang untuk membelinya.
2. Harga taksiran lebih rendah dari harga bandrol dipasaran
Dan yang ini sudah dibahas di atas.
So, semahal apapun produknya selama kualitasnya sepadan lebih baik kita berdo'a dan berusaha agar dimampukan dalam membelinya. Hal itu lebih elegan dari sekedar ngomel-ngomel dan ngedumel. RIGHT?
Adalah hak mereka untuk menentukan harga. Dan hak kita juga untuk memutuskan membelinya atau tidak. Karena untuk urusan membeli, konsumen akan benar-benar membeli sebuah produk jika menurutnya produk tersebut dirasa bermanfaat dan dibutuhkan baginya.
0 comments:
Post a Comment