Hidup kadang tak sesuai rencana. Tapi hidup tanpa rencana sama halnya mengundang bencana hidup.
Kita seringkali meminta segala sesuatunya berjalan dengan semestinya. Melangkah dalam kepastian. Dan berharap apa yang direncanakan berubah menjadi nyata. Meski kadang segala upaya yang telah dilakukan sudah dirasa baik, lantunan doa tanpa surut terpanjat, dan niatan sudah kuat sejalan dengan keyakinan. Tetap saja ada rasa kekecewaan saat semuanya tidak seperti yang tergambarkan. Terlebih bagi kita yang tidak memahami keihklasan.
Ketidakmengertian kita tentang keikhlasan adalah sumber penyebab rasa kecewa. Bahwasannya sebaik dan sebagus apapun rencana yang kita buat. Jika pada akhirnya tidak sesuai dengan apa yang direncakan, bukan berarti doa kita tidak dikabul, usaha kita gagal, dan harus menanggung malu. Sebaliknya, kita akan mendapatkan hal yang jauh lebih indah yang tidak pernah kita kira diluar rencana yang kita buat. Rencana kita memang dirasa paling bagus dan indah. Tapi rencana-NYA jauh lebih indah dan lebih bagus. Kita hanya manusia sebagai pelaku yang kadang sok tahu. Sementara DIA adalah penentu kehidupan dan Yang Maha Tahu. Lantas atas dasar apa kita yang tidak tahu menahu apa-apa dan hanya pelaku merasakan kekecewaan yang begitu amat mendalam? Apa hak kita memprotes keputusan-NYA?
Hidup memang harus punya rencana jika kita tidak ingin menjadi bagian dari rencana orang lain. Tapi bukan berarti setiap dari apa yang telah kita rencakan harus selalu terkabul dan sesuai keingingan bukan? Jika setiap doa selalu terkabul, darimana kita belajar bersabar? Jika semua usaha selalu menghasilkan, darimana kita belajar kerja keras?
Dan sekarang mulailah menyadari. Mulailah belajar berprasangka baik. Dan mulailah menyadari peran kita disini hanyalah pelaku. Bukan penentu dan sutradara.
0 comments:
Post a Comment