Makin banyak pilihan, berpeluang besar tidak akan memilih. Paradox choices. Sama halnya ketika kita jalan kesebuah mall untuk cari food court. Semakin banyak menimang dan memilih, ujungnya tidak memilih satu pun.
Sama halnya kita niat beli sesuatu, pakaian misalnya. Berbagai stand dilewati, berbagai model masuk nominasi, dan beragam merek diamatu, selalu saja ada yang tidak pas, kurang sreg atau mungkin kurang ideal dengan pilihan kita. Ujungnya semua pilihan tadi tidak dipilih satu pun.
Semakin banyak pilihan semakin banyak waktu kita untuk memutuskan. Memilih hal yang sempurna itu wajar. Tapi sampai kapan pilihan tadi ada? Jika tidak bisa memilih apa yang kita inginkan. Kenapa tidak kita ciptakan pilihan tadi?
0 comments:
Post a Comment