Harta. Seringkali menjadi penilaian dan tolak ukur status
sosial seseorang pada orang lain. Bukan rahasia umum lagi harta telah menjadi gambaran
status sosial dimasyarakat. Tidak sedikit dari mereka yang menggilainya.
Terlebih ada sekelompok dari mereka yang tidak tahan tanpa harta, adapula yang
tidak tahan dengan harta (banyak). Mereka yang tidak tahan tanpa harta adalah
mereka yang sering melupakan rasa syukur. Dan mereka yang tidak tahan dengan
harta adalah mereka yang lemah imannya sehingga dengan mudah tergoda untuk
melakukan segala hal lewat uangnya. Harus kita ketahui, hidup itu butuh
persiapan dan kesiapan. Sebab segala hal yang tidak adanya persiapan dan
kesiapan akan berakhir dengan ketidakselarasan. Memiliki harta yang banyak
bukanlah larangan dan tidak ada salahnya. Sebab harta sesungguhnya berada
diposisi netral, tergantung ditangan siapa harta itu berada. Jika berada
ditangan penjahat, maka harta tersebut akan berubah menjadi haram. Dan jika
berada ditangan para dermawan, maka harta tersebut akan menjadi halal dan
berkah. Namun jangan sampai kita menuhankan harta dan menggadaikan iman kita
demi mendapatkannya. Ingat! Jika kita ingin mendapatkan rezeki (harta),
dekatilah Yang Maha Pemberi Rezeki.
Diantara kita yang kufur menginginkan harta berlimpah namun nyatanya
malah menjauh dari Allah Maha Pemberi Rezeki.
Bicara soal persiapan dan kesiapan tadi, kita pun harus
melakukannya sebelum kita menjemput rezeki (harta) kita. Sering kita dengar
bahkan saksikan di berbagai media tentang pemberitaan yang membuat kita menahan
nafas. Ada anak membunuh ayah kandungnya hanya karena warisan. Terjadinya
perang saudara hanya karena pembagian harta warisan yang tidak sesuai, dan
banyak lagi pemberitaan serupa. Inilah fenomena di negeri ini. Fakta yang
terberitakan dan berita yang menjadi cerita. Iman yang lemah membuat akal
menjadi dangkal, dan nafsu mengambil alih logika hingga tanpa sadar telah
membuat luka. Kaya dan miskin adalah ujian. Saat kita kaya harusnya kita mampu
bersyukur dengan apa yang kita peroleh. Dan saat kita miskinpun kita halus tetap
bersyukur dengan apa yang telah kita miliki. Sebab jika kita sudah miskin,
sombong, kufur lagi bagaimana mungkin Allah akan menambah rezekinya. Manusia
saja malas melihat orang yang demikian, sudah miskin, sombong, kufur lagi.
Begitupun saat kita kaya. Harus mampu mensyukuri apa yang diperoleh, sebab jika
kita lepas dari rasa syukur dengan mudah Allah membalikan keadaan. BagiNYA
tiada yang tidak mungkin. Bagi saya orang sukses adalah mereka yang selalu
bersyukur disaat mendapat kemudahan dan tetap bersyukur disaat mendapat
kesusahan. Sebelum kita menjadi orang kaya harta, pastikan kita telah memiliki
mental yang kaya. Persiapkan diri kita sebelum kaya, agar harta yang kita
dapatkan tidak menjadi derita. Mulai detik ini syukurilah apa yang kita miliki.
Dan beruntunglah karena Anda adalah bagian dari orang-orang yang senantiasa
bersyukur. “Ya Allah, jadikanlah kami
merasa puas dari apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami”.
Dengan mempersiapkan dan memantaskan diri sebelum mendapat
rezeki, maka disaat kita diberikan ujian kaya kita tidak akan lepas dari rasa
syukur. Berbeda ketika kita tidak berusaha mempersiapkan dan memantaskan diri
sebelum kaya. Yang ada bukannya kaya, menjadi kaya saja sudah terlihat tidak
pantas karena belum memantaskan diri. Bagaimanapun sepandai-pandainya kita
menimbun harta, akhirnya akan habis juga. :D Ya, karena uang akan terus
mengalami inflasi. Uang Rp 200.000.000 saat ini mungkin 10-20 tahun ke depan
tidak akann ada harganya lagi. Ingatlah, harta kita bukan mutlak milik kita
pribadi. Tetapi juga miliki mereka para fakir miskin, anak yatim, dan kaum dhuafa.
Perlu diingat juga kalau harta yang kita miliki semata-mata itu titipian, bukan
sekedar pemberian.
0 comments:
Post a Comment