Mencintai
ibarat kita sedang menunggu bis menuju kantor. Disaat bis pertama
datang, kita dengan mudah menolaknya karena bis tersebut jelek, kotor,
dan berpikiran jika si sopir akan ugal-ugalan. Bis pertama berlalu, datang
bis kedua. Dengan entengnya lagi kita menolak dan tidak menaikinya
karena bis tersebut terlihat penuh dan sesak. Lewat bis kedua, datang
bis ketiga dan lagi-lagi kita tidak naik karena bis tersebut tidak ada
AC nya. Waktu terus bergulir, sementara jam masuk kantor tinggal
hitungan menit lagi. Dan ketika bis terakhir datang, tanpa pandang bulu
kita langsung loncat menaikinya. Namun tak diduga, setelah kita
didalamnya kita baru tersadar jika bis yang ditumpangi itu berbda tujuan
dan trayeknya. Rasa sesal karena menunggu pun tak bisa diputr lagi. Yang
akhirnya terlambat masuk kantor bahkan mungkin pemecatan pun sudah di
depan muka. Seperti itulah mencintai. Terkadang kita menuggu orang yg
benar-benar sempurna dan ideal untuk menjadi pendamping kita. Padahahl kita
telah mengorbankan banyak waktu hingga tanpa disadari kita telah banyak
membuang waktu yg pada akhirnya hanya menghasilkan penyesalan karena
keterlambatan. Memang waktu yg tepat tidak akan datang dipercepat. Tetapi
jika kita tidak berinisiatif membaca keadaan, kita sendiri yang akan
dikendalikan keadaan.

0 comments:
Post a Comment