Kesejahteraan yang belum sepenuhnya bisa dirasakan oleh masyarakat kita, membuat kesenjangan sosial begitu tinggi dan jauh antara satu individu dengan individu lainnya. Maka tidak heran jika banyak orang berpikir, orang yang beruntung secara materi (kaya) akan semakin kaya, sedangkan orang yang kurang beruntung secara materi (miskin) akan semakin miskin hingga tertinggal jauh dan sangat kontras perbedaanya dengan mereka yang beruntung secara materi. Sebab-sebab pemicu terjadinya kesenjangan social ini antara lain:
- Gaya hidup yang terlampau mewah, hal ini bisa
memicu tuntutan hidup yang serba kekurangan sementara di luar sana masih banyak yang
nasibnya kurang beruntung dibanding mereka. Hal ini disebabkan karena mereka tidak pernah
mensyukuri apa yang mereka miliki dan mereka lebih memikirkan apa yang mereka
belum miliki daripada memikirkan apa yg telah Allah berikan kepada mereka.
-
Hedonisme
-
Mengikuti budaya luar (asing) tanpa adanya
filterisasi
Permasalahan diatas bisa menimbulkan sikap
memandang rendah (meremehkan) orang yang tidak beruntung secara materi. Sebagai
contoh: Si A adalah orang yang tidak beruntung secara materi. Dia sudah sering
dan terbiasa:
- Dikucilkan. Ketika si A melakukan sesuatu yang
jauh dari kebiasaan si B (orang kaya) maka dia (si A) akan dikucilkan karena
dianggap tida sepadan dengan si B.
- Dihina. Si A terbiasa mendapat hinaan karena
status social dia berada dibawah si B dan si A tidak memiliki keuatan bahkan
kekuasaan untuk membalas apa yang telah si B lakukan.
- Dianggap remeh atau dipandang sebelah mata.
Dalam mengerjakan sesuatu si A sering dianggap remeh karena dia tidak memiliki
kapasitas yang sepadan dengan yang dimiliki B. Dan si B akan merasa bangga dan tertawa
lebar ketika si A mengalami kegagalan dari apa yang dilakukannya. Namun jika si
A sukses maka si B kebanyakan mencari alibi untuk menutupi malunya yang telah
memandang remeh si A dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa si A bisa melakukan
apa yang tidak pernah diduga si B.
- Bahkan mungkin di fitnah oleh orang yang lebih
beruntung secara materi. Terkadang ketika si B (orang kaya) kehilangan sesuatu
(barang berharga) mereka langsung menuduh si A yang memang tidak beruntung
secara materi.
Poin-poin di atas bisa menjadikan kita sebagai
bahan renungan dan perubahaan sikap untuk diri kita masing-masing. Satu hal
yang saya ambil dari permasalahan diatas adalah jangan pernah menganggap
remeh & memandang rendah orang yang derajatnya berada di bawah kita, karena bisa
jadi derajat mereka lebih tinggi dihadapan Allah dibanding kita. Karena
orang yang miskin harta belum tentu mereka miskin hati. Satu hal yang perlu
diingat harta bisa membutakan hati jika kita tidak memiliki iman dan ilmu.
Jika kita menjadi orang kaya, jadilah orang kaya yang kaya secara materi dan hati
dalam artian mau berbagi satu sama lain. Dan jika kita menjadi orang miskin
jangan sampai kita menjadi miskin hati dan menyalahkan takdir. Kaya dan miskin
adalah nasib, dan selama kita mau & mampu berusaha disertai do’a maka nasib
bisa diubah.
Dengan memberi kita pasti punya dengan mencari kita
pasti belum punya
Semoga bermanfaat :)
0 comments:
Post a Comment